IPM.OR.ID, JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta putaran kedua
dilaksanakan hari ini Rabu (19/04). Pilkada kali ini menarik perhatian
masyarakat Indonesia khususnya pelajar yang merupakan pemilih pemula. Melihat
banyaknya pemula dalam menggunakan hak pilihnya untuk sekedar memilih, dalam hal
ini Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) menghimbau agar menggunakan
hak pilih secara cerdas.
Velandani Prakoso selaku Ketua Umum PP IPM mengungkapkan
rasa prihatinnya terhadap pemilih pemula yang sekedar ikut-ikutan. Menurutnya,
secara umum pelajar termasuk dalam elemen masyarakat umum yang selalu menjadi
objek politik. Mereka hanya dilirik masalah hitungan suara saja, tidak lebih
dari itu. Hal tersebut tentu berakibat tidak tercapainya tujuan pendidikan
politik itu sendiri yang selama ini merupakan proses bagaimana menjadi pemilih
cerdas.
"Pemilih pemula yang notabenenya adalah pelajar
hendaknya meletakkan diri sebagai subjek pendidikan politik itu sendiri, tidak
melulu sebagai objek politik," tutur Andan sapaan akrabnya.
Andan mengungkapkan bahwa kemajuan perbaikan kesadaran dalam
politik ialah kemajuan dalam memperbaiki atau menyadarkan masyarakat saat
pemilihan seperti saat ini, memilih tanpa diikuti kepahaman dan kesadaran. Bukan
melihat siapa yang banyak mengatakan janji. Tetapi, sadar akan kelebihan,
kekurangan, serta track record-nya calon pemimpin yang akan dipilih
nantinya.
Diingatkan pula oleh Andan bahwa yang terpenting saat ini
dalam rangka penguatan civil society (masyarakat beradab) oleh karena
itu salah satu langkah untuk penyeimbang atas kecenderungan mengontrol
kekuasaan dalam pemerintahan Negara.
Civil society akan menguatkan suatu masyarakat
politik yang demokratis, partisipatoris, reflektif dan dewasa. Sehingga dapat
menyadarkan kembali kepada masyarakat bahwa merekalah pemegang kedaulatan dan
memiliki hak untuk mengontrol kekuasaan. Disitulah terbentuknya pola demokrasi
yang partisipatoris (melihat rakyat) bukan hanya menjadi demokrasi elit semata.
"Demokrasi elit sendiri merupakan upaya untuk menyampingkan
rakyat setelah pemilihan umum. Setelah rakyat menjalankan haknya dan calon
telah terpilih. Mereka menyampingkan aspirasi rakyat dalam menjalankan
pemerintahan dan membuat kebijakan. Besar peluang kepentingan rakyat yang
selama masa kampanye disuarakan itu terlupakan," ungkap Andan.
Jangan sampai Pilkada yang lalu menjadi pola yang
berkelanjutan, "Saya berharap, sebagai warga Negara yang baik, kita
hendaknya dapat mengembangkan kesadaran untuk ikut andil dalam pemilu yang
cerdas", pungkas Andan. (yun/gal)
Komentar
Posting Komentar